Langit jingga
memeluk semesta.Gerimis masih terus menyirami hati yang sedang bersenandung
menanti mentari kembali ke peraduannya.Alam seakan tahu bahwa inilah saatnya
insan untuk kembali pulang .
“Neng sudah hampir maghrib, kok belum pulang” suara pak
hirman penjaga kampus membuyarkan lamunanku.Terkaget aku dibuatnya.Ku lihat
telepon genggam di tanganku tak berbunyi, pertanda tak ada sms masuk.ku baru
tersadar satu per satu temanku mulai meninggalkanku sendiri menikmati suasana
hati yang mendadak resah sejak tadi malam.
“Iya pak, ini juga mau pulang… anak-anak yang lagi
syuro di mesjid udah pulang pak?” tanyaku.Kelas siap dikunci, dan aku mengerti
apa perintah yang tersirat dari pertanyaan pak Hirman.
“kayanya sudah neng, bapak lihat semuanya sudah bubar,
kecuali anak-anak kader surau yang lagi siap-siap mau sholat maghrib”. Pak
hirman pamit meninggalkanku .Perhatianku tertuju pada botol-botol air mineral
yang dibawanya, pikirku mungkin hari ini syuronya sangat penting dan memakan
waktu lama, sampai dia tak sempat membalas sms “penting” dariku.
Di kamar kost aku masih terpekur memikirkan hal itu,
sudah hampir isya dia belum juga menghubungiku.Biasanya dia menyapaku di layar
handphone hampir setiap menit.Hingga adzan isya berkumandang, tak satupun sms
masuk ke hpku.Oh ini malam jumat, mungkin dia sedang mengisi kajian majelis
talim di mesjid tempatnya diamanahkan, jawab hatiku sembari menenangkan.
“afwan ukh, ana baru selesai syuro dengan DKM mesjid
tempat ana ngimamin”.. jawab seorang di sana.Alhamdulillah hatiku sedikit lega
karenanya.
“tidak apa-apa akh, ana cuma khawatir antum
kenapa-kenapa”
“hehe… ana gak kenapa-kenapa kok ukh, afwan ana baru
balas smsnya.Tadi anti pulang duluan ya?”
“emang tadi antum liat ana ya?”
“gak ko, tadi ana cuma liat seorang akhwat yang
subhanallah cantiknya pakai baju dan jilbab abu-abu lewat depan mesjid… ^_^”
Senyum merekah di bibirku, husshh hampir saja aku geer
dibuatnya ..
Teman kostanku tampaknya mulai risih dengan sikapku
yang berubah sejak mengenalnya.
Aku mulai tertarik untuk memikirkan perkataan
teman-teman serumahku ini.Mungkin memang sudah saatnya aku tegas akan perasaan
yang menyiksa ini.Tapi gimana harus memulai menyampaikannya, aku hanyalah
mahasiswi semester dua yang sebenarnya belum cukup siap menghadapi masalah ini.
“akh lagi sibuk gak?” tanyaku sebagai pembuka
pembicaraan
“gak ko, ana lagi nyantai aja, kenapa emangnya?”.
Hmmm… terusin gak ya, takut salah ngomong.
“Ada suatu hal yang mau ana tanyain, boleh ga?” sedikit
ragu
“tafaddol … silahkah ukhti”
“begini akh, antum tau kan kita kenal dan dekat sudah cukup lama.Kalau boleh tau selama ini
antum anggap ana ini siapa?”
Cukup lama aku menunggu, ku lihat sekelilingku mendadak
mencekam karena pertanyaanku sendiri.Ku tarik nafas perlahan, mencoba tabah
dengan apapun jawaban yang akan ku terima.
Ping… hpku berdering. Sebuah sms urgent masuk.
“hmmm… anti yang sekarang istimewa bagi ana.. : ) “
Jawabannya tak seseram yang aku takutkan,tapi bukan ini
jawaban yang aku harapkan.
“sekali lagi akh, apa antum serius sama ana?”
“iya ana serius”
“kalau begitu bisakah antum lakukan sesuatu pada kedua
orang tua ana,?”
“lakukan apa ukh? Ana gak ngerti”
“titipkan ana pada orang tua ana, katakan pada mereka
bahwa antum serius dengan ana?”
“Insya Allah ukhti, tapi gak sekarang . tunggu lulus ya
.Ana mau sekarang kita fokus kuliah dulu dan gak mikir macem-macem, anti
percayakan sama ana?”
Hatiku mulai resah
karenanya.Mungkin inilah hal terbodoh yang pernah aku lakukan.Akutak pernah
merasakan suatu perasaan yang serumit ini, mengingat kondisi sekarang setelah
aku berikrar untuk menjadi akhwat yang kaffah.Ikhwan…. lagi dan lagi inilah
yang menjadi ujian imanku.
Seperti biasa, ini
adalah hari sabtu.Saatnya beristirahat
sejenak dari segala aktivitas dan tugas kuliah.
“Ukh, bisa ngobrol
sebentar ga?”..
“bisa, mau
ngomongin apa?” tanyaku.
Desti teman sekamar
mengajakku keluar rumah.Hanya berdua.
“kita tabayun
sebentar ya”
Hatiku mulai
bertanya-tanya, ada masalah apa lagi ini.
“gimana ukh, udah
ditanyain ke dia masalah itu?”. Sudah aku duga,pasti masalah ikhwan tarbiyah
itu.
“sudah, tapi ya
gitu jawabannya.dia bilang tunggu sampai lulus dulu, aku bingung ukh sama sikap
dia?”
“anti sudah punya
gambaran langkah apa yang mau diambil ke depannya”
Aku menggeleng.
“gini ukh, ada
sesuatu hal yang ingin kami sampaikan yang
ukhti belum tahu.Cuma kami gak tega ngasih tau ke anti.Takut anti jadi sakit
hati…sebelumnya maaf banget, gak ada sedikitpun niat tuk mencampuri urusan
kalian.Tapi ini buat kebaikan kalian berdua”
Aku semakin
bingung.sebenarnya apa yang mau disampaikan, sampai seserius ini. Dengan teliti
aku mendengarkan pernyataan temanku ini.seketika langit berubah mendung,
sekejap rasa bahagia yang menghampiri karena aku telah menemukan sosok ikhwan
yang kurasa tepat mendampingiku kelak berubah menjadi puing-puing rasa kecewa,
sedih, marah dan pilu yang teramat dalam.
Ku lihat air mata
terselip diantara kedua sudut bola matanya.ku rasa dia temanku sungguh-sungguh
tak bermaksud berbohong ataupun menyakiti perasaanku.Terbersit dalam benakku,
bayang wajah dirinya yang istimewa saat ku mengenalnya dalam lingkaran dakwah
tarbiyah.Lalu kemudian beralih pada rentetan nama akhwat yang tak pernah ku
tahu bagaimana mereka mengenalnya.
“ukhti kenapa baru bilang sekarang?” Tanyaku dengan
terisak
“sekali maaf ukh, aku gak mau buat hatimu kecewa.Itulah
kenapa aku memintamu tegas pada ikhwan itu”
“harusnya anti tau ini semua langsung dari orangnya,
bukan dari kami.Khawatirnya akan menjadi fitnah.Sekarang tugas ana sudah
selesai, ana kembalikan semua keputusan
pada ukhti.Silahkan ukhti bicarakan hal ini dengan dia, sebelum hubungan kalian
terlalu jauh dan banyak orang yang tahu”
xxx
Sesak sekali rasanya hari ini.Pikiranku tak lepas dari
pembicaraan malam itu dengan desty.Ruang kelas terasa begitu memuakkan.Mataku
tak hentinya mencari bayang sosok yang tengah jadi perbincangan public.Aku
harus tanyakan hal itu sekarang.
“anti lagi dimana?” sebuah sms masuk.
Sadar masih ada dosen, aku harus menahan.Sementara
hatiku semakin kalut.Antara benar atau tidaknya kabar burung itu, jawabannya
akan aku dapatkan setelah usai mata kuliah ini.
“ Baru keluar kelas” jawabku
“Hehe… ana punya video bagus nih, semoga bisa semakin
memotivasi anti menghapal Qur’an”
Tak seantusias biasa aku menanggapinya.Yang ada
hanyalah risau, masih terbayang pikiranku pada momen pertama mengenalnya.Ya
Allah baru saja aku bahagia dibuatnya, kenapa tiba-tiba rasa ragu dan kecewa
itu datang begitu cepat.
Lekas aku pertanyakan kejelasan status kami.Lagi lagi
jawaban tak memuaskan yang aku dapat.Mengenai deretan nama akhwat yang pernah menjadi
teman “spesial”nya, dia hanya bilang mereka itu hanyalah objek dakwahnya.
“akhi… ana jadi ragu pada antum…”
“Kenapa anti ragu, apa karena masalah akhwat lain yang
dekat dengan ana?Sekali lagi ana tegaskan, mereka hanyalah teman tarbiyah ana,
hanya sebagai objek dakwah ana.. Cuma anti yang istimewa buat ana sekarang…”
“Kalau gitu bisakah antum perjelas hubungan ini mau
mengarah kemana, lanjut ke yang lebih serius atau cukup sampai di sini saja?”
“Insya Allah ukhti… tiga tahun lagi ya.Ana menaruh
harapan lebih ke depannya dengan anti.Ukhti tolong sabar dan banyak berdo’a
semoga Allah permudah niatan baik kita setelah lulus nanti…”
“Sekali lagi afwan akhi, ana gak bisa lanjutin hubungan
ini.Ana takut dosa, ana takut ini akan mengotori hati dan niatan tulus di jalan
tarbiyah ini.. “
“Afwan ukhti jika selama ini ana banyak salah sama
anti, jika anti memiliki harapan yang sama dengan ana tolong husnudzon pada
ana.Syukron ya ukhti,jazakillah bikhoiri jazza…ukhti fillah ..ukhibukifillah”
“Afwan jiddan ya akhi.. ana hanya butuh kejelasan,
bukan janji!!!”
~ Butuh Kejelasan ,part 1~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar