Selasa, 10 Juli 2012

Butuh kejelasan

Oleh : Maya Romantin

Langit  jingga memeluk semesta.Gerimis masih terus menyirami hati yang sedang bersenandung menanti mentari kembali ke peraduannya.Alam seakan tahu bahwa inilah saatnya insan untuk kembali pulang .
“Neng sudah hampir maghrib, kok belum pulang” suara pak hirman penjaga kampus membuyarkan lamunanku.Terkaget aku dibuatnya.Ku lihat telepon genggam di tanganku tak berbunyi, pertanda tak ada sms masuk.ku baru tersadar satu per satu temanku mulai meninggalkanku sendiri menikmati suasana hati yang mendadak resah sejak tadi malam.
“Iya pak, ini juga mau pulang… anak-anak yang lagi syuro di mesjid udah pulang pak?” tanyaku.Kelas siap dikunci, dan aku mengerti apa perintah yang tersirat dari pertanyaan pak Hirman.
“kayanya sudah neng, bapak lihat semuanya sudah bubar, kecuali anak-anak kader surau yang lagi siap-siap mau sholat maghrib”. Pak hirman pamit meninggalkanku .Perhatianku tertuju pada botol-botol air mineral yang dibawanya, pikirku mungkin hari ini syuronya sangat penting dan memakan waktu lama, sampai dia tak sempat membalas sms “penting” dariku.
Di kamar kost aku masih terpekur memikirkan hal itu, sudah hampir isya dia belum juga menghubungiku.Biasanya dia menyapaku di layar handphone hampir setiap menit.Hingga adzan isya berkumandang, tak satupun sms masuk ke hpku.Oh ini malam jumat, mungkin dia sedang mengisi kajian majelis talim di mesjid tempatnya diamanahkan, jawab hatiku sembari menenangkan.
“afwan ukh, ana baru selesai syuro dengan DKM mesjid tempat ana ngimamin”.. jawab seorang di sana.Alhamdulillah hatiku sedikit lega karenanya.
“tidak apa-apa akh, ana cuma khawatir antum kenapa-kenapa”
“hehe… ana gak kenapa-kenapa kok ukh, afwan ana baru balas smsnya.Tadi anti pulang duluan ya?”
“emang tadi antum liat ana ya?”
“gak ko, tadi ana cuma liat seorang akhwat yang subhanallah cantiknya pakai baju dan jilbab abu-abu lewat depan mesjid… ^_^”
Senyum merekah di bibirku, husshh hampir saja aku geer dibuatnya ..
Teman kostanku tampaknya mulai risih dengan sikapku yang berubah sejak mengenalnya.
Aku mulai tertarik untuk memikirkan perkataan teman-teman serumahku ini.Mungkin memang sudah saatnya aku tegas akan perasaan yang menyiksa ini.Tapi gimana harus memulai menyampaikannya, aku hanyalah mahasiswi semester dua yang sebenarnya belum cukup siap menghadapi masalah ini.
“akh lagi sibuk gak?” tanyaku sebagai pembuka pembicaraan
“gak ko, ana lagi nyantai aja, kenapa emangnya?”.
Hmmm… terusin gak ya, takut salah ngomong.
“Ada suatu hal yang mau ana tanyain, boleh ga?” sedikit ragu
“tafaddol … silahkah ukhti”
“begini akh, antum tau kan kita kenal dan dekat  sudah cukup lama.Kalau boleh tau selama ini antum anggap ana ini siapa?”
Cukup lama aku menunggu, ku lihat sekelilingku mendadak mencekam karena pertanyaanku sendiri.Ku tarik nafas perlahan, mencoba tabah dengan apapun jawaban yang akan ku terima.
Ping… hpku berdering. Sebuah sms urgent masuk.
“hmmm… anti yang sekarang istimewa bagi ana.. : ) “
Jawabannya tak seseram yang aku takutkan,tapi bukan ini jawaban yang aku harapkan.
“sekali lagi akh, apa antum serius sama ana?”
“iya ana serius”
“kalau begitu bisakah antum lakukan sesuatu pada kedua orang tua ana,?”
“lakukan apa ukh? Ana gak ngerti”
“titipkan ana pada orang tua ana, katakan pada mereka bahwa antum serius dengan ana?”
“Insya Allah ukhti, tapi gak sekarang . tunggu lulus ya .Ana mau sekarang kita fokus kuliah dulu dan gak mikir macem-macem, anti percayakan sama ana?”
Hatiku mulai resah karenanya.Mungkin inilah hal terbodoh yang pernah aku lakukan.Akutak pernah merasakan suatu perasaan yang serumit ini, mengingat kondisi sekarang setelah aku berikrar untuk menjadi akhwat yang kaffah.Ikhwan…. lagi dan lagi inilah yang menjadi ujian imanku.
Seperti biasa, ini adalah hari sabtu.Saatnya  beristirahat sejenak dari segala aktivitas dan tugas kuliah.
“Ukh, bisa ngobrol sebentar ga?”..
“bisa, mau ngomongin apa?” tanyaku.
Desti teman sekamar mengajakku keluar  rumah.Hanya berdua.
“kita tabayun sebentar ya”
Hatiku mulai bertanya-tanya, ada masalah apa lagi ini.
“gimana ukh, udah ditanyain ke dia masalah itu?”. Sudah aku duga,pasti masalah ikhwan tarbiyah itu.
“sudah, tapi ya gitu jawabannya.dia bilang tunggu sampai lulus dulu, aku bingung ukh sama sikap dia?”
“anti sudah punya gambaran langkah apa yang mau diambil ke depannya”
Aku menggeleng.
“gini ukh, ada sesuatu hal yang ingin kami  sampaikan yang ukhti belum tahu.Cuma kami gak tega ngasih tau ke anti.Takut anti jadi sakit hati…sebelumnya maaf banget, gak ada sedikitpun niat tuk mencampuri urusan kalian.Tapi ini buat kebaikan kalian berdua”
Aku semakin bingung.sebenarnya apa yang mau disampaikan, sampai seserius ini. Dengan teliti aku mendengarkan pernyataan temanku ini.seketika langit berubah mendung, sekejap rasa bahagia yang menghampiri karena aku telah menemukan sosok ikhwan yang kurasa tepat mendampingiku kelak berubah menjadi puing-puing rasa kecewa, sedih, marah dan pilu yang teramat dalam.
Ku lihat air mata terselip diantara kedua sudut bola matanya.ku rasa dia temanku sungguh-sungguh tak bermaksud berbohong ataupun menyakiti perasaanku.Terbersit dalam benakku, bayang wajah dirinya yang istimewa saat  ku mengenalnya dalam lingkaran dakwah tarbiyah.Lalu kemudian beralih pada rentetan nama akhwat yang tak pernah ku tahu bagaimana mereka mengenalnya.
“ukhti kenapa baru bilang sekarang?” Tanyaku dengan terisak
“sekali maaf ukh, aku gak mau buat hatimu kecewa.Itulah kenapa aku memintamu tegas pada ikhwan itu”
“harusnya anti tau ini semua langsung dari orangnya, bukan dari kami.Khawatirnya akan menjadi fitnah.Sekarang tugas ana sudah selesai,  ana kembalikan semua keputusan pada ukhti.Silahkan ukhti bicarakan hal ini dengan dia, sebelum hubungan kalian terlalu jauh dan banyak orang yang tahu”
xxx
Sesak sekali rasanya hari ini.Pikiranku tak lepas dari pembicaraan malam itu dengan desty.Ruang kelas terasa begitu memuakkan.Mataku tak hentinya mencari bayang sosok yang tengah jadi perbincangan public.Aku harus tanyakan hal itu sekarang.
“anti lagi dimana?” sebuah sms masuk.
Sadar masih ada dosen, aku harus menahan.Sementara hatiku semakin kalut.Antara benar atau tidaknya kabar burung itu, jawabannya akan aku dapatkan setelah usai mata kuliah ini.
“ Baru keluar kelas” jawabku
“Hehe… ana punya video bagus nih, semoga bisa semakin memotivasi anti menghapal Qur’an”
Tak seantusias biasa aku menanggapinya.Yang ada hanyalah risau, masih terbayang pikiranku pada momen pertama mengenalnya.Ya Allah baru saja aku bahagia dibuatnya, kenapa tiba-tiba rasa ragu dan kecewa itu datang begitu cepat.
Lekas aku pertanyakan kejelasan status kami.Lagi lagi jawaban tak memuaskan yang aku dapat.Mengenai deretan nama akhwat yang pernah menjadi teman “spesial”nya, dia hanya bilang mereka itu hanyalah objek dakwahnya.
“akhi… ana jadi ragu pada antum…”
“Kenapa anti ragu, apa karena masalah akhwat lain yang dekat dengan ana?Sekali lagi ana tegaskan, mereka hanyalah teman tarbiyah ana, hanya sebagai objek dakwah ana.. Cuma anti yang istimewa buat ana sekarang…”
“Kalau gitu bisakah antum perjelas hubungan ini mau mengarah kemana, lanjut ke yang lebih serius atau cukup sampai di sini saja?”
“Insya Allah ukhti… tiga tahun lagi ya.Ana menaruh harapan lebih ke depannya dengan anti.Ukhti tolong sabar dan banyak berdo’a semoga Allah permudah niatan baik kita setelah lulus nanti…”
“Sekali lagi afwan akhi, ana gak bisa lanjutin hubungan ini.Ana takut dosa, ana takut ini akan mengotori hati dan niatan tulus di jalan tarbiyah ini.. “
“Afwan ukhti jika selama ini ana banyak salah sama anti, jika anti memiliki harapan yang sama dengan ana tolong husnudzon pada ana.Syukron ya ukhti,jazakillah bikhoiri jazza…ukhti fillah ..ukhibukifillah”
“Afwan jiddan ya akhi.. ana hanya butuh kejelasan, bukan janji!!!”

~ Butuh Kejelasan ,part 1~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar