Selasa, 08 Mei 2012

Solusi Kemiskinan di DKI Jakarta Terhadap Aspek Sumber Daya Manusia

Oleh :Maya Romantin
Miskin?
Setiap Negara di berbagai belahan dunia baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang tentu tak lepas dari masalah.Masalah dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan seperti masalah ekonomi, sosial dan politik.Setiap aspek tersebut saling berkaitan dan berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup suatu negara.Salah satunya dalam masalah ekonomi, kemiskinan sering kali menjadi momok yang mencoreng citra sebuah negara, bagaimana tidak ? negara yang tercatat memiliki angka kemiskinan yang tinggi tidak dapat dikatakan sebagai negara yang pemerintahnya berhasil menyejahterakan rakyat.
Secara bahasa, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin, yang artinya tidak berharta benda (Poerwadarminta, 1976).Secara istilah, kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan  secara layak untuk menempuh dan mengembangkan hidup yang bermartabat.Miskin bukan hanya hidup dalam kondisi tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok  , sandang , pangan dan papan , tetapi juga tidak  rendahnya kemampuan akses sumber daya dan asset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup seperti  ilmu pengetahuan,informasi, teknologi dan modal.

Potret kemiskinan di Jakarta

Hingga maret 2011, PBB mencatat Indonesia sebagai negara yang menduduki peringkat ke-68  dari 100 negara termiskin di dunia.Badan Pusat Statistik  Republik Indonesia  (BPS-RI) per Maret 2010, menyajikan data penduduk miskin Indonesia sebanyak  31,02 juta orang atau mencapai 13,33 persen dari jumlah penduduk Indonesia.Ini berarti kita mencatat diri sebagai Negara yang  jumlah orang miskinnya lebih banyak dari jumlah penduduk Negara tetangga, Malaysia yang saat waktu bersamaan mempunyai jumah penduduk sebanyak 26,79 juta jiwa. Coba bayangkan, Negara Indonesia memiliki sumber daya yang sangat melimpah dengan 17.000 pulau, wilayah yang sangat strategis terletak di antara dua benua, Asia dan Australia serta diantara dua samudra besar  yang merupakan lalu lintas perekonomian dunia dikategorikan sebagai negara dengan tingkat pengangguran ketiga di Asia Tenggara yakni sebesar 7,1 % menurut PBB.Bila dibandingkan dengan Negara Singapura yang  wilayahnya hanya seluas Jakarta, Singapura jauh lebih maju dalam segi ekonomi.
Bila bicara mengenai kemiskinan Indonesia, ini sudah tampak jelas dari semewarutnya tatanan perekonomian di Ibukota Jakarta yang merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan negara Indonesia.Dimana pada tahun 2011 BPS  mencatat sebanyak 363.420 orang atau 3,75 % dari seluruh penduduk jakarta dikategorikan miskin.Sebagian besar masyarakat Jakarta sebagai karyawan, buruh, pedagang, bahkan yang lebih parah banyaknya pengemis, pengamen, pemulung, anak jalanan yang setiap hari dapat kita saksikan di Jakarta.  Maka dari itu, saya akan lebih mengulas masalah kemiskinan di Jakarta dan solusi yang dapat diterapkan untuk menuntasnya.

Factor-faktor penyebab kemiskinan

Tak ada asap bila tak ada api, begitulah pepatah mengatakan.Tidak ada masalah jika tidak ada penyebabnya.Kemiskinan tidak serta merta ada jika tidak ada faktor-faktor penyebabnya.Penyebab kemiskinan di bagi menjadi dua yaitu, dari pihak internal dan eksternal.Dari internal atau dari dalam diri individu yakni sifat malas bekerja, tidak berjiwa wirausaha, tidak memiliki keahlian khusus dan pengetahuan dan ketidakmampuan mengimbangi diri  dengan kemajuan teknologi dan informasi yang begitu pesat sehingga individu tidak dapat bersaing dengan individu lain yang mengakibatkan timbulnya pengangguran dan tidak tercapainya kehidupan yang layak.Dari pihak eksternal seperti sistem ekonomi, kebijakan pemerintah, korupsi, paternalistik, birokrasi yang berbelit dan sebagainya. Oleh sebab itu peranan masyarakat, pihak swasta maupun pemerintah sangat diperlukan dalam upaya mengetaskan kemiskinan yang membelit negara yang merdeka sejak 66 tahun lalu ini.
Negara yang pada tahun 1960 tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia, Amerika juga pernah menghadapi masalah kemiskinan, terutama pada masa resesi ekonomi tahun 1930-an.Sebagian besar penduduknya hidup berkecukupan, Amerika juga banyak member bantuan kepada negara-negara lain.Namun, di balik keadaan itu tercatat sebesar 1/6 dari jumlah penduduknya atau sebanyak 32 juta orang tergolong miskin.
Bank Dunia (World Bank) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dari perspektif akses dari individu terhadap sejumlah aset yang penting dalam menunjang kehidupan, yakni aset dasar kehidupan (misalnya kesehatan dan ketrampilan/pengetahuan), aset alam (misalnya tanah pertanian atau lahan olahan), aset fisik (misalnya modal, sarana produksi dan infrastruktur), aset keuangan (misalnya kredit bank dan pinjaman lainnya) dan aset sosial (misalnya jaminan sosial dan hak-hak politik). Ketiadaan akses dari satu atau lebih dari aset-aset diatas adalah penyebab seseorang jatuh terjerembab kedalam kemiskinan.
Kembali ke Jakarta, Kemiskinan ditimbulkan dari berbagai aspek.Seperti misalnya kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.Padahal sebagai pusat sistem perekonomian dan pemerintahan, harusnya Jakarta bisa menyerap banyak tenaga kerja.Segala sesuatu di Jakarta dapat dijadikan sumber penghasilan.Namun karena sumber daya manusia yang rendah, yang dibutuhkan dan diserap oleh perusahaan-perusahaan baik negeri maupun swasta adalah tenaga-tenaga ahli.Banyak perusahaan dan modal asing yang tersebar di Jakarta, lagi-lagi masyarakat Jakarta tersingkir oleh para pendatang baru yang tentunya memiliki keahlian lebih.Sehingga yang terjadi dengan banyaknya perusahaan baru dan modal asing yang ditanam di Jakarta bukan mengurangi tingkat kemiskinan melainkan semakin menambah tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin di jakarta.Sistem perekonomian kapitalis yang dianut indonesia di manfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki modal besar.Sehingga jelas terlihat jenjang social yang tajam antara pihak yang memiliki modal dengan orang-orang kecil yang terbatas secara materi maupun imaterial.
Jika berbicara dengan jenjang kehidupan sosial di Jakarta, ada sebuah pengalaman saya ketika tanggal 28 april 2012.saya akan menghadiri training Multi Level Marketing (MLM) sebuah perusahaan swasta asal Malaysia di mangga dua.Untuk tiba di sana, saya harus menumpang kereta api, sepanjang jalan saya melihat deretan perumahan kumuh dengan sampah tersebar dimana-mana, sementara di belakang perumahan-perumahan kumuh itu berdiri gedung-gedung pencakar langat bernilai milyaran rupiah bahkan mungkin hingga triliun yang merupakan pusat perdagangan dan kantor-kantor.Untuk menuju mangga square , saya turun di stasiun kampung bandan.lagi-lagi saya disuguhi pemandangan tidak sedap, menyusuri lorong perkampungan kumuh,deretan rumah petak kira-kira 2 x 3 meter ini dapat dikatakan rumah tak layak huni.anak-anak bermain dengan sampah, rata-rata orang disana bekerja sebagai pemulung, pengepul rongsokan, pengamen, peminta-minta, pedagang asongan , dll yang dapat diperkirakan penghasilannya hanya cukup untuk makan  sehari-hari.Sangat berbeda ketika saya berada di dalam kantor MLM tersebut , orang-orang disana rata-rata berasal dari golongan menengah ke atas, memiliki penghidupan yang layak dan pengetahuan yang luas.Bahkan satu orang bisa memiliki lebih dari satu blackberry. Ironis bukan, di balik kemewahan hidup orang-orang di dalam gedung-gedung pencakar langit ini bersebaran rakyat kecil yang mempertaruhkan hidupnya demi sesuap nasi, sungguh sangat terlihat jurang perbedaan di miskin dan si kaya , padahal berada  dalam satu wilayah yang sama.
Di sinilah peran semua pihak dibutuhkan,baik individu, pihak swasta dan  pemerintah harus lebih gencar mengetas masalah kemiskinan, terutama pada aspek sumber daya manusia.
Apa solusinya untuk Jakarta ?
Sebagai ibukota, Jakarta bagaikan magnet yang dapat mengundang orang dengan sendirinya datang ke Jakarta dengan beragam alasan.Dengan bermodalkan nekat, orang-orang dari seluruh penjuru indonesia datang ke Jakarta dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak.Padahal itu semua tidak benar, Luas kota Jakarta yang sempit dari tahun ke tahun semakin padat dengan banyaknya para pendatang baru dengan kemampuan terbatas, akibatnya pengangguran semakin meningkat dan jumlah kemiskinanpun merambah.Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkannya.
Sebagai contoh kebijakan pemerintah dengan memberikan bantuan langsung tunai dan beras untuk rakyat miskin tidak secara tuntas menekan angka kemiskinan melainkan mencoreng efek moralitas, dimana orang miskin berbondong-bondong bahkan terjadi saling dorong dalam antrian bantuan langsung tunai sehingga menimbulkan korban dan meninggalkan efek malas bekerja.Program bantuan langsung untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
Masyarakat bukan hanya butuh bantuan langsung pemerintah, yang lebih penting adalah peningkatan sumber daya manusia dan memberikan kesempatan kepada tiap individu memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang layak.
Jumlah penduduk miskin dapat ditekan dengan meningkatan kualitas diri individu agar mampu bersaing dan lebih produktif.Berikut beberapa usulan dari saya yang dapat diterapkan Pemerintah DKI Jakarta dalam upaya mengetaskan masalah kemiskinan pada aspek sumber daya manusia diantaranya :
Pertama, membebaskan biaya sekolah seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama  (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), karena pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas Bangsa.Di Jakarta, biaya pendidikan tergolong tinggi sehingga masyarakat dengan penghasilan rendah terhambat biaya untuk sekolah.Sebagian besar anak keluarga miskin terpaksa memilih untuk bekerja demi membantu ekonomi keluarga.Program BOS (Biaya Operasional Sekolah) dapat membantu siswa memperoleh buku-buku pelajaran.
Kedua, Pemerintah sudah saatnya mendata rakyat miskin secara bijak untuk kemudian dikelompokan menjadi kelompok usaha kecil yang digerakan dan dijalankan dibawah pengawasan Lembaga Pemerintah.Agar semua penduduk Jakarta memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak.
Ketiga, Mengembangkan budaya wirausaha.Jakarta sebagai kota pusat ekonomi mempunyai potensi sumber daya alam, budaya dan wisata.Melalui PPK (Program Pengembangan Kecamatan), Menggalakkan program usaha kecil menengah untuk mengangkat citra dan produktifitas Jakarta .
Keempat , meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi dengan upaya membentuk kelompok atau organisasi wirausaha untuk memberdayakan potensi daerahnya dan dapat membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar.
Kelima, lembaga-lembaga social baik negeri maupun swasta diupayakan rutin   menyelenggarakan program pelatihan-pelatihan keterampilan pemberdayaan masyarakat.
Keenam, pemerintah menerapkan kebijakan zakat kepada orang-orang kaya dan perusahaan-perusahaan menengah ke atas untuk disalurkan kepada  orang yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan langsung maupun bantuan modal usaha.

Ketujuh, Memberantas korupsi, korupsi menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi.Dana yang seharusnya dapat dinikmati oleh warga tetapi dinikmati kalangan tak bertanggung jawab. 

Demikianlah beberapa solusi dari saya dalam upaya mengetaskan kemiskinan di Jakarta dari aspek sumber daya manusia.Karena sumber daya manusia merupakan factor dasar penunjang pertumbuhan ekonomi di Jakarta, seberapa besarpun pertumbuhan perusahaan dan modal yang ditanam pada lembaga-lembaga keuangan apabila aspek sumber daya manusianya buruk, maka tingkat kemiskinan dan pengangguran tidak akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.


Referensi :
2.tessaandana.blogspot.com (30/4/2012)
3. www.bisnis.com › EkonomiMakro Ekonomi (2/5/2012)