22 Tahun

Kamis, 4 Juni 2015.14.00

Hari ini, tanggal ini, ada apa?

Suasana yang tidak jauh berbeda dengan hari dan tanggal lainnya. Orang menyebutkannya ini ulang tahun. Tapi rasanya.. sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tiga tahun sebelumnya, aku masih menyandang status mahasiswa dan tepatnya sedang UAS. Yap, benar. Ultah yang ke-19, saat itu sedang UAS bahasa Arab. Ultah ke-20, sedang UAS Asuransi Syariah dan Fiqh Zakat. Ultah ke-21, sedang Musyawarah Anggota (MUA) IsEF. Ultah ke-22, aku udah lulus kuliah, lebih cepat dari yang seharusnya.

Sebentar, aku ingin mengulas sedikit tentang ultahku di tiga tahun sebelumnya. Biasanya, malam sebelum tanggal 4 aku nelpon ibu buat kasih kabar kalau aku ultah besok. Aku gak minta hadiah dalam bentuk barang atau kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Pintaku hanya ingin didoakan dan diadakan syukuran kecil-kecilan di rumah (Sumedang). Alhamdulillah.. ibu mengabulkannya, perayaan memasak nasi kuning, mengundang beberapa warga ke rumah dan berbagi pada para tetangga rupanya ibu lakukan untuk menyenangkan hatiku. Meskipun selama tiga tahun itu, tepat di hari ulang tahun tak didampingi keluarga. Aku punya banyak teman di kampus, di kosan dan di dunia maya yang menghaturkan ucapan dan do’a. Sadar bahwa masa duduk di bangku kuliah hanya tujuh semester, maka aku ingin menjadikan hari ulang tahun yang ke-21 ialah ulang tahun terbaikku dan terakhir menikmati panasnya ruang kelas. Dengan tema “21 Untaian Mutiara”, semangat ini aku bawa untuk meraih pencapaian tertinggi di masa kuliahku. LULUS TEPAT WAKTU, 3,5 TAHUN. Dan Alhamdulillah Allah mengabulkan, aku lulus sidang di akhir bulan Maret 2015 dengan IPK terakhir 3,83. Bahagia karna aku ga berlarut-larut dalam masa galau skripsi. Impian yang ingin diraih mahasiswa, Alhamdulillah aku termasuk yang berhasil meraihnya.

Namun di balik pencapaian itu ada hal yang membuat hati terasa hampa. Ya, tepatnya di hari ini. Memang, dari detik pertama bergantinya hari, seseorang memberikan ucapan selamat ulang tahun lengkap dengan gambar yang di ambil dari atas bukit munara. Hingga detik ini aku menulis, puluhan ucapan dan doa terus mengalir dari teman-teman di media sosial (BBM, WA, FB).. Tapi kok ada yang kurang?? Apa?? Kehadiran teman-teman, aku gak bisa melihat ekspresi wajah mereka saat menjabat tanganku, bersentuhan pipi kiri dan kanan, ledekan-ledekan yang membuat wajah memerah, bahkan rengekan “traktir may” dari mereka. Kehilangan, ya tepatnya itu yang membuat hati gundah gulana.

Kesepiankah? Bukannya bagus ya, ini kali pertama aku ulang tahun ada di rumah, di tengah-tengah keluarga? Kok kenapa kesepian?

Yahh… fitrah manusia, selalu saja merasa kurang. Kurang puas, kurang banyak. Kurang… seseorang yang melengkapi hidup, teman berbagi suka dan duka setiap saat. Seseorang yang membuat hati serasa penuh, tak ada ruang untuk melirik lelaki lain. Tak Ada. Bahkan aku sendiri masih belum percaya, apa benar hari ini genap 22 tahun? Usia yang tidak bisa lagi dibilang anak kecil, tapi juga belum bisa dianggap dewasa. Belum bisa menentukan langkah yang jauh ke depan, masih dalam pengawasan orang tua, masih dipengaruhi dan dikendalikan keluarga. Dan… masih dalam perjuangan menemukan “dia” yang kata Allah “jodoh”.

Yahh.. semua yang terbaik akan datang tepat pada waktunya. Usia 22 Tahun, aku sudah harus tumbuh jadi manusia dewasa yang siap dengan tantangan-tantangan baru, siap bertanggungjawab dengan pilihan hidup dan siap mandiri. 

Setelah 22 tahun berkelana, tiba saatnya untuk menepi, mengevaluasi diri untuk lebih baik. Tak ada yang terlambat, semua berproses. Karenanya aku butuh waktu menyendiri untuk bermuhasabah, memohon ampunan dan merenungi betapa banyak nikmat Allah yang luput dari ingatan dan ucapan syukurku selama ini. Aku rindu, Aku ingin pergi dari rutinitas yang monoton, Aku ingin berlari, meninggalkan keramaian sementara waktu untuk memeluk Allah, merayu Allah, memohon petunjuk kemana kaki harus melangkah dan menemukan cinta-Nya. Izinkanlah..Ridhoilah []