Bismillaahirrohmaanirrohim……
Maha Suci Allah,
Engkau-lah dzat yang paling berkuasa membolak-balikkan hati manusia, termasuk
aku.hamba yang paling tak memiliki kuasa menentang kehendakmu, bahkan diriku
sendiri.
Impian… harapan…
cita-cita..
Ya… setiap insan pasti
memilikinya.Entah itu kecil atau besar, impianlah yang menentukan kearah mana hidup
akan dibawa.
Mengenai cita-cita…
Akupun punya cerita
sendiri, pahit memang jika diingat.tapi itulah cambuk yang buatku kuat dan
bertahan hingga saat ini.
Ayah.. ibu.. kakak…
sahabat.. bahkan guru-guruku tahu akan cita-cita masa kecilku ini.
Aku ingat betapa polosnya
kala itu, bocah berumur lima tahun dengan lantang dan percaya diri berkata “kalau
sudah besar, aku mau jadi Dokter”
Ya..itulah impian
terbesarku.. entah apa yang terpikir saat itu, bagiku menjadi dokter adalah propesi
yang mulia.
tapi cita-cita itu rasanya
semakin jauh untuk diraih, kala aku harus melanjutkan pendidikan di SMK jurusan
akuntansi, dengan alasan agar setelah lulus mudah cari kerja.Begitulah yang
dituturkan banyak orang terhadapku.
Bagiku itu bukan sebuah
alasan, atau solusi akhir.karena jika aku sekolah di SMA lalu melanjutkan
kuliah kedokteran, bukankah kelak juga akan mendapat pekerjaan… menjadi dokter
tentunya..
Pun aku yang terlahir
bukan dari orang tua ” kaum bergaji” atau “pengusaha” sadar betul, cita-cita
menjadi dokter terlalu berat bagi kami…
“Biaya” itulah factor terbesar
yang ditakutkan keluargaku… takut ga bisa bayar uang kuliah.. takut gagal di
tengah jalan.. takut kelak setelah luluspun gabisa jadi dokter. Dan banyak
takut takut lainnya.
Ayah ibu tahu potensiku…
mereka tahu nilai IPAku tak pernah mengecewakan..tapi mereka lebih tahu asam
garam kehidupan dibanding aku.. karna itulah aku menjelma menjadi anak yang
patuh… patuh leh tepatnya pasrah.. mengubur sedikit demi sedikit impian
terbesarku… tidak lain ini aku lakukan karna tidak ingin menumpuk batu yang
hanya akan membebani bahu mereka yang kucintai…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar