Miskin?
Setiap
Negara di berbagai belahan dunia baik negara maju maupun negara yang sedang
berkembang tentu tak lepas dari masalah.Masalah dapat terjadi dalam berbagai
aspek kehidupan seperti masalah ekonomi, sosial dan politik.Setiap aspek
tersebut saling berkaitan dan berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup
suatu negara.Salah satunya dalam masalah ekonomi, kemiskinan sering kali
menjadi momok yang mencoreng citra sebuah negara, bagaimana tidak ? negara yang
tercatat memiliki angka kemiskinan yang tinggi tidak dapat dikatakan sebagai
negara yang pemerintahnya berhasil menyejahterakan rakyat.
Secara
bahasa, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin, yang artinya tidak berharta
benda (Poerwadarminta, 1976).Secara istilah, kemiskinan dapat diartikan sebagai
kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok dalam
memenuhi kebutuhan secara layak untuk
menempuh dan mengembangkan hidup yang bermartabat.Miskin bukan hanya hidup
dalam kondisi tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok , sandang , pangan dan papan , tetapi juga
tidak rendahnya kemampuan akses sumber
daya dan asset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup seperti ilmu pengetahuan,informasi, teknologi dan
modal.
Potret kemiskinan di Jakarta
Hingga
maret 2011, PBB mencatat Indonesia sebagai negara yang menduduki peringkat
ke-68 dari 100 negara termiskin di
dunia.Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia (BPS-RI) per Maret 2010,
menyajikan data penduduk miskin Indonesia sebanyak 31,02 juta orang atau mencapai 13,33 persen
dari jumlah penduduk Indonesia.Ini berarti kita mencatat diri sebagai Negara
yang jumlah orang miskinnya lebih banyak
dari jumlah penduduk Negara tetangga, Malaysia yang saat waktu bersamaan
mempunyai jumah penduduk sebanyak 26,79 juta jiwa. Coba bayangkan, Negara
Indonesia memiliki sumber daya yang sangat melimpah dengan 17.000 pulau,
wilayah yang sangat strategis terletak di antara dua benua, Asia dan Australia
serta diantara dua samudra besar yang
merupakan lalu lintas perekonomian dunia dikategorikan sebagai negara dengan
tingkat pengangguran ketiga di Asia Tenggara yakni sebesar 7,1 % menurut PBB.Bila
dibandingkan dengan Negara Singapura yang
wilayahnya hanya seluas Jakarta, Singapura jauh lebih maju dalam segi
ekonomi.
Bila
bicara mengenai kemiskinan Indonesia, ini sudah tampak jelas dari semewarutnya
tatanan perekonomian di Ibukota Jakarta yang merupakan pusat perekonomian dan
pemerintahan negara Indonesia.Dimana pada tahun 2011 BPS mencatat sebanyak 363.420 orang atau 3,75 %
dari seluruh penduduk jakarta dikategorikan miskin.Sebagian besar masyarakat
Jakarta sebagai karyawan, buruh, pedagang, bahkan yang lebih parah banyaknya
pengemis, pengamen, pemulung, anak jalanan yang setiap hari dapat kita saksikan
di Jakarta. Maka dari itu, saya akan
lebih mengulas masalah kemiskinan di Jakarta dan solusi yang dapat diterapkan
untuk menuntasnya.
Factor-faktor penyebab kemiskinan
Tak
ada asap bila tak ada api, begitulah pepatah mengatakan.Tidak ada masalah jika
tidak ada penyebabnya.Kemiskinan tidak serta merta ada jika tidak ada faktor-faktor
penyebabnya.Penyebab kemiskinan di bagi menjadi dua yaitu, dari pihak internal
dan eksternal.Dari internal atau dari dalam diri individu yakni sifat malas
bekerja, tidak berjiwa wirausaha, tidak memiliki keahlian khusus dan pengetahuan
dan ketidakmampuan mengimbangi diri dengan kemajuan teknologi dan informasi yang
begitu pesat sehingga individu tidak dapat bersaing dengan individu lain yang
mengakibatkan timbulnya pengangguran dan tidak tercapainya kehidupan yang
layak.Dari pihak eksternal seperti sistem ekonomi, kebijakan pemerintah, korupsi,
paternalistik, birokrasi yang berbelit dan sebagainya. Oleh sebab itu peranan
masyarakat, pihak swasta maupun pemerintah sangat diperlukan dalam upaya
mengetaskan kemiskinan yang membelit negara yang merdeka sejak 66 tahun lalu
ini.
Negara
yang pada tahun 1960 tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia,
Amerika juga pernah menghadapi masalah kemiskinan, terutama pada masa resesi
ekonomi tahun 1930-an.Sebagian besar penduduknya hidup berkecukupan, Amerika
juga banyak member bantuan kepada negara-negara lain.Namun, di balik keadaan
itu tercatat sebesar 1/6 dari jumlah penduduknya atau sebanyak 32 juta orang
tergolong miskin.
Bank Dunia (World Bank)
mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dari perspektif akses dari individu
terhadap sejumlah aset yang penting dalam menunjang kehidupan, yakni aset dasar
kehidupan (misalnya kesehatan dan ketrampilan/pengetahuan), aset alam (misalnya
tanah pertanian atau lahan olahan), aset fisik (misalnya modal, sarana produksi
dan infrastruktur), aset keuangan (misalnya kredit bank dan pinjaman lainnya)
dan aset sosial (misalnya jaminan sosial dan hak-hak politik). Ketiadaan akses
dari satu atau lebih dari aset-aset diatas adalah penyebab seseorang jatuh
terjerembab kedalam kemiskinan.
Kembali ke Jakarta, Kemiskinan
ditimbulkan dari berbagai aspek.Seperti misalnya kurangnya sumber daya manusia
yang berkualitas.Padahal sebagai pusat sistem perekonomian dan pemerintahan,
harusnya Jakarta bisa menyerap banyak tenaga kerja.Segala sesuatu di Jakarta
dapat dijadikan sumber penghasilan.Namun karena sumber daya manusia yang
rendah, yang dibutuhkan dan diserap oleh perusahaan-perusahaan baik negeri
maupun swasta adalah tenaga-tenaga ahli.Banyak perusahaan dan modal asing yang
tersebar di Jakarta, lagi-lagi masyarakat Jakarta tersingkir oleh para
pendatang baru yang tentunya memiliki keahlian lebih.Sehingga yang terjadi
dengan banyaknya perusahaan baru dan modal asing yang ditanam di Jakarta bukan
mengurangi tingkat kemiskinan melainkan semakin menambah tingkat pengangguran
dan jumlah penduduk miskin di jakarta.Sistem perekonomian kapitalis yang dianut
indonesia di manfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki modal besar.Sehingga
jelas terlihat jenjang social yang tajam antara pihak yang memiliki modal
dengan orang-orang kecil yang terbatas secara materi maupun imaterial.
Jika berbicara dengan jenjang
kehidupan sosial di Jakarta, ada sebuah pengalaman saya ketika tanggal 28 april
2012.saya akan menghadiri training Multi Level Marketing (MLM) sebuah
perusahaan swasta asal Malaysia di mangga dua.Untuk tiba di sana, saya harus
menumpang kereta api, sepanjang jalan saya melihat deretan perumahan kumuh
dengan sampah tersebar dimana-mana, sementara di belakang perumahan-perumahan kumuh
itu berdiri gedung-gedung pencakar langat bernilai milyaran rupiah bahkan
mungkin hingga triliun yang merupakan pusat perdagangan dan kantor-kantor.Untuk
menuju mangga square , saya turun di stasiun kampung bandan.lagi-lagi saya
disuguhi pemandangan tidak sedap, menyusuri lorong perkampungan kumuh,deretan
rumah petak kira-kira 2 x 3 meter ini dapat dikatakan rumah tak layak huni.anak-anak
bermain dengan sampah, rata-rata orang disana bekerja sebagai pemulung,
pengepul rongsokan, pengamen, peminta-minta, pedagang asongan , dll yang dapat
diperkirakan penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari.Sangat berbeda ketika saya berada
di dalam kantor MLM tersebut , orang-orang disana rata-rata berasal dari golongan
menengah ke atas, memiliki penghidupan yang layak dan pengetahuan yang luas.Bahkan
satu orang bisa memiliki lebih dari satu blackberry. Ironis bukan, di balik
kemewahan hidup orang-orang di dalam gedung-gedung pencakar langit ini
bersebaran rakyat kecil yang mempertaruhkan hidupnya demi sesuap nasi, sungguh
sangat terlihat jurang perbedaan di miskin dan si kaya , padahal berada dalam satu wilayah yang sama.
Di sinilah peran semua pihak
dibutuhkan,baik individu, pihak swasta dan pemerintah harus lebih gencar mengetas masalah
kemiskinan, terutama pada aspek sumber daya manusia.
Apa solusinya untuk Jakarta ?
Sebagai ibukota, Jakarta
bagaikan magnet yang dapat mengundang orang dengan sendirinya datang ke Jakarta
dengan beragam alasan.Dengan bermodalkan nekat, orang-orang dari seluruh
penjuru indonesia datang ke Jakarta dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan
penghasilan yang layak.Padahal itu semua tidak benar, Luas kota Jakarta yang
sempit dari tahun ke tahun semakin padat dengan banyaknya para pendatang baru
dengan kemampuan terbatas, akibatnya pengangguran semakin meningkat dan jumlah
kemiskinanpun merambah.Pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi dengan
kebijakan-kebijakan yang diterapkannya.
Sebagai contoh kebijakan
pemerintah dengan memberikan bantuan langsung tunai dan beras untuk rakyat
miskin tidak secara tuntas menekan angka kemiskinan melainkan mencoreng efek
moralitas, dimana orang miskin berbondong-bondong bahkan terjadi saling dorong
dalam antrian bantuan langsung tunai sehingga menimbulkan korban dan
meninggalkan efek malas bekerja.Program bantuan langsung untuk orang miskin
seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan
mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain
pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam
penyalurannya.
Masyarakat bukan hanya butuh
bantuan langsung pemerintah, yang lebih penting adalah peningkatan sumber daya
manusia dan memberikan kesempatan kepada tiap individu memperoleh pekerjaan dan
kehidupan yang layak.
Jumlah penduduk miskin dapat
ditekan dengan meningkatan kualitas diri individu agar mampu bersaing dan lebih
produktif.Berikut beberapa usulan dari saya yang dapat diterapkan Pemerintah
DKI Jakarta dalam upaya mengetaskan masalah kemiskinan pada aspek sumber daya
manusia diantaranya :
Pertama, membebaskan biaya sekolah seperti Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), karena pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan
kualitas Bangsa.Di Jakarta, biaya pendidikan tergolong tinggi sehingga
masyarakat dengan penghasilan rendah terhambat biaya untuk sekolah.Sebagian
besar anak keluarga miskin terpaksa memilih untuk bekerja demi membantu ekonomi
keluarga.Program BOS (Biaya Operasional Sekolah) dapat membantu siswa memperoleh
buku-buku pelajaran.
Kedua, Pemerintah sudah saatnya mendata rakyat miskin secara bijak
untuk kemudian dikelompokan menjadi kelompok usaha kecil yang digerakan dan
dijalankan dibawah pengawasan Lembaga Pemerintah.Agar semua penduduk Jakarta
memiliki pekerjaan dan penghasilan yang layak.
Ketiga, Mengembangkan budaya wirausaha.Jakarta sebagai kota pusat
ekonomi mempunyai potensi sumber daya alam, budaya dan wisata.Melalui PPK
(Program Pengembangan Kecamatan), Menggalakkan program usaha kecil menengah
untuk mengangkat citra dan produktifitas Jakarta .
Keempat , meningkatkan kualitas lulusan perguruan tinggi dengan
upaya membentuk kelompok atau organisasi wirausaha untuk memberdayakan potensi
daerahnya dan dapat membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar.
Kelima, lembaga-lembaga social baik negeri maupun swasta diupayakan
rutin menyelenggarakan program pelatihan-pelatihan
keterampilan pemberdayaan masyarakat.
Keenam, pemerintah
menerapkan kebijakan zakat kepada orang-orang kaya dan perusahaan-perusahaan
menengah ke atas untuk disalurkan kepada
orang yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan langsung maupun
bantuan modal usaha.
Ketujuh, Memberantas
korupsi, korupsi menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi.Dana yang seharusnya
dapat dinikmati oleh warga tetapi dinikmati kalangan tak bertanggung jawab.
Demikianlah beberapa solusi dari saya dalam upaya
mengetaskan kemiskinan di Jakarta dari aspek sumber daya manusia.Karena sumber
daya manusia merupakan factor dasar penunjang pertumbuhan ekonomi di Jakarta,
seberapa besarpun pertumbuhan perusahaan dan modal yang ditanam pada
lembaga-lembaga keuangan apabila aspek sumber daya manusianya buruk, maka
tingkat kemiskinan dan pengangguran tidak akan mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik.
Referensi
:
2.tessaandana.blogspot.com
(30/4/2012)